Senin, 04 Februari 2019

Essay Perjalanan dan Harapan (Bazma Pertamina)



Perjalanan dan Harapan
Oleh : Agida Hafsyah F
Persoalan anak pertama menjadi sebuah beban bagi diri sendiri. Beban moral yang secara tidak langsung membentuk karakter saya untuk bisa menjadi panutan dalam keluarga. Bukan berarti hal itu lantas menjadi sebuah penghalang untuk terus bergerak, tapi justru hal itu menjadi sebuah tantangan yang perlu dihadapi. Sebuah tekad terus muncul dalam diri untuk bisa memberikan  yang terbaik dan menghadiahkannya kepada keluarga. Hingga semua tantangan yang dihadapi membuat karakter tersendiri seiring dengan berjalannya waktu, yaitu tanggung jawab yang cukup besar, dimana suatu saat nanti saya akan menggantikan posisi kedua orang tua saat  mereka sudah dalam  masa untuk  menikmati hari-hari tuanya.
Hal itu tak akan  pernah  luput dalam kehidupan manusia, maka dari itu saya  terus berpacu agar selalu berusaha mencapai titik terbaik dalam  segala persoalan, salah satunya adalah dalam  hal pendidikan. Membangun  kepercayaan kepada kedua orang tua untuk bisa melanjutkan pendidikan  menuju  perguruan tinggi bukanlah  hal yang mudah,  beberapa pihak  perlu untuk meyakinkannya termasuk para guru  saat masa putih-abu dulu. Terkadang saya  merasa bersalah dan  merasa egois, dimana  si anak pertama ini pada beberapa tahun yang lalu nekat untuk mendaftarkan diri menjadi calon  mahasiswa dibandingkan  membantu perekonomian keluarga.
Hingga akhirnya seorang anak penjaga panti dapat menduduki bangku kuliah. Kesempatan  ini tentu tak boleh disia-siakan, perlulah diisi dengan pencapaian prestasi untuk membuat orang tua bangga dan  menjaga kepercayaan serta perjuangannya. Memang bukan materi yang dapat dihadiahkan saat ini, tetapi sebuah kepercayaan yang ingin terus dijaga untuk bisa belajar dengan baik dan menorehkan prestasi pastinya. Melihat perjuangannya tentu terbesit hati ingin membantu , selain itu saya  juga menginginkan agar kedua orang tua untuk fokus dalam  masalah biaya sekolah  adik saya.  Maka dari itu saya memutuskan untuk mengikuti “Beasiswa Bazma Pertamina” dilain hal saya juga ingin terus melatih dalam mengembangkan softskill untuk dapat terus belajar dan memperbaiki diri.
Belajar dari pengalaman dan belajar dari beberapa pihak yang menyadarkan saya untuk dapat melihat realita kehidupan lingkungan sekitar  membuat saya sadar akan peran saya saat ini. Selain memiliki beban moral menjadi anak pertama, saya rasa ada beban moral lainnya, yaitu menjadi seorang mahasiswa terlebih dengan  status mahasiswa Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Belajar mendalami perkembangan anak dengan  segala persoalan didalamnya merupakan sebuah kontribusi awal untuk ikut andil dalam Pendidikan  Anak Usia Dini di Indonesia ini. Bergelut dengan teori perkembangan dan  hal lainnya, membuat saya tersadar  akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini yang dimana dua puluh atau tiga puluh tahun kemudian, merekalah yang akan menjadi penerus dan menggantikan para pimpinan  negara.
Golden age  atau  masa emas inilah yang menjadi tantangan bagi kami, khususnya guru PAUD tersendiri untuk dapat memberikan pendidikan yang optimal bagi tumbuh kembangnya sekaligus menjadi model yang baik sebagai panutan anak. Dengan begitu saya rasa tidak cukup apabila saya hanya terus menggeluti teori saja tanpa saya rasakan sendiri kenyataannya. Memutuskan untuk ikut bergabung dan  ikut andil dalam pengajaran disalah  satu  sekolah  saat ini menjadi sebuah pengalaman pertama, mendidik anak-anak Indonesia untuk menghasilkan generasi penerus bangsa yang optimal dan berkarakter bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Saya rasakan sendiri bagaimana perjuangannya para pencerdas bangsa untuk terus memberikan pengajaran yang sesuai dengan tumbuh kembang anak dan dituntut untuk terus kreatif dalam setiap pengajarannya.
Meski begitu saya merasa bangga menjadi bagian dari pencerdas bangsa ini, hal lainnya adalah sebuah kehangatan yang saya rasakan  dengan berbagi canda dan tawa setiap saya berada di kelas bersama anak-anak. Hal ini saya lakukan untuk dapat ikut andil dalam memperjuangkan pendidikan yang berkualitas bagi anak Indonesia. Mengingat hal tersebut terbesit untuk dapat terus berjuang dalam dunia pendidikan yang begitu penting bagi kehidupan manusia, terutama Pendidikan  Anak  Usia Dini itu sendiri.
Selain terus ikut andil dalam meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini, sayapun  terus memacu diri agar dapat memberikan dan menghasilkan karya untuk membantu dalam pelaksanaan pembelajaran. Mengingat dibeberapa tempat sekolah  PAUD belum terjaminnya media pembelajaran serta fasilitas lain yang dapat menunjang pembelajaran dengan baik. Hal tersebut menjadi motivasi tersendiri untuk terus memperhatikan pendidikan di negeri ini dan akan menjadi sebuah hadiah suatu saat nanti untuk Indonesia yang lebih baik. Saya terus berharap beban anak pertama dan beban menjadi salah satu bagian pencerdas bangsa akan saya jalani dengan pergerakan nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar