Perjalanan dan
Harapan
Oleh : Agida Hafsyah F
Persoalan
anak pertama menjadi sebuah beban bagi diri sendiri. Beban moral yang secara
tidak langsung membentuk karakter saya untuk bisa menjadi panutan dalam
keluarga. Bukan berarti hal itu lantas menjadi sebuah penghalang untuk terus
bergerak, tapi justru hal itu menjadi sebuah tantangan yang perlu dihadapi.
Sebuah tekad terus muncul dalam diri untuk bisa memberikan yang terbaik dan menghadiahkannya kepada
keluarga. Hingga semua tantangan yang dihadapi membuat karakter tersendiri
seiring dengan berjalannya waktu, yaitu tanggung jawab yang cukup besar, dimana
suatu saat nanti saya akan menggantikan posisi kedua orang tua saat mereka sudah dalam masa untuk
menikmati hari-hari tuanya.
Hal
itu tak akan pernah luput dalam kehidupan manusia, maka dari itu saya
terus berpacu agar selalu berusaha
mencapai titik terbaik dalam segala
persoalan, salah satunya adalah dalam hal
pendidikan. Membangun kepercayaan kepada
kedua orang tua untuk bisa melanjutkan pendidikan menuju perguruan
tinggi bukanlah hal yang mudah, beberapa pihak perlu untuk meyakinkannya termasuk para guru saat masa putih-abu dulu. Terkadang saya merasa bersalah dan merasa egois, dimana si anak pertama ini pada beberapa tahun yang
lalu nekat untuk mendaftarkan diri menjadi calon mahasiswa dibandingkan membantu perekonomian keluarga.
Hingga
akhirnya seorang anak penjaga panti dapat menduduki bangku kuliah. Kesempatan ini tentu tak boleh disia-siakan, perlulah
diisi dengan pencapaian prestasi untuk membuat orang tua bangga dan menjaga kepercayaan serta perjuangannya. Memang
bukan materi yang dapat dihadiahkan saat ini, tetapi sebuah kepercayaan yang
ingin terus dijaga untuk bisa belajar dengan baik dan menorehkan prestasi
pastinya. Melihat perjuangannya tentu terbesit hati ingin membantu , selain itu
saya juga menginginkan agar kedua orang
tua untuk fokus dalam masalah biaya
sekolah adik saya. Maka dari itu saya memutuskan untuk mengikuti
“Beasiswa Bazma Pertamina” dilain hal saya juga ingin terus melatih dalam
mengembangkan softskill untuk dapat
terus belajar dan memperbaiki diri.
Belajar
dari pengalaman dan belajar dari beberapa pihak yang menyadarkan saya untuk
dapat melihat realita kehidupan lingkungan sekitar membuat saya sadar akan peran saya saat ini.
Selain memiliki beban moral menjadi anak pertama, saya rasa ada beban moral
lainnya, yaitu menjadi seorang mahasiswa terlebih dengan status mahasiswa Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini. Belajar mendalami perkembangan anak dengan segala persoalan didalamnya merupakan sebuah
kontribusi awal untuk ikut andil dalam Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia ini. Bergelut
dengan teori perkembangan dan hal
lainnya, membuat saya tersadar akan
pentingnya pendidikan bagi anak usia dini yang dimana dua puluh atau tiga puluh
tahun kemudian, merekalah yang akan menjadi penerus dan menggantikan para pimpinan
negara.
Golden age atau masa emas inilah yang menjadi tantangan bagi
kami, khususnya guru PAUD tersendiri untuk dapat memberikan pendidikan yang
optimal bagi tumbuh kembangnya sekaligus menjadi model yang baik sebagai panutan
anak. Dengan begitu saya rasa tidak cukup apabila saya hanya terus menggeluti
teori saja tanpa saya rasakan sendiri kenyataannya. Memutuskan untuk ikut
bergabung dan ikut andil dalam
pengajaran disalah satu sekolah saat ini menjadi sebuah pengalaman pertama,
mendidik anak-anak Indonesia untuk menghasilkan generasi penerus bangsa yang
optimal dan berkarakter bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Saya rasakan
sendiri bagaimana perjuangannya para pencerdas bangsa untuk terus memberikan
pengajaran yang sesuai dengan tumbuh kembang anak dan dituntut untuk terus kreatif
dalam setiap pengajarannya.
Meski
begitu saya merasa bangga menjadi bagian dari pencerdas bangsa ini, hal lainnya
adalah sebuah kehangatan yang saya rasakan
dengan berbagi canda dan tawa setiap saya berada di kelas bersama
anak-anak. Hal ini saya lakukan untuk dapat ikut andil dalam memperjuangkan
pendidikan yang berkualitas bagi anak Indonesia. Mengingat hal tersebut
terbesit untuk dapat terus berjuang dalam dunia pendidikan yang begitu penting bagi
kehidupan manusia, terutama Pendidikan Anak
Usia Dini itu sendiri.
Selain
terus ikut andil dalam meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini, sayapun
terus memacu diri agar dapat memberikan
dan menghasilkan karya untuk membantu dalam pelaksanaan pembelajaran. Mengingat
dibeberapa tempat sekolah PAUD belum terjaminnya
media pembelajaran serta fasilitas lain yang dapat menunjang pembelajaran
dengan baik. Hal tersebut menjadi motivasi tersendiri untuk terus memperhatikan
pendidikan di negeri ini dan akan menjadi sebuah hadiah suatu saat nanti untuk
Indonesia yang lebih baik. Saya terus berharap beban anak pertama dan beban
menjadi salah satu bagian pencerdas bangsa akan saya jalani dengan pergerakan
nyata.